Blogroll

16/04/11

Budidaya lebah di indonesia

IV: BUDIDAYA LEBAH INDONESIA
OLEH: BENY ULEANDER

A. Produksi Madu Masih Timpang
Dalam hal teknik budidaya lebah madu, angka produksi madu setiap tahun dan tingkat konsumsi madu, Indonesia sudah tertinggal dua sampai tiga dekade dari negara lain, meski perlebahan Indonesia terkategori sebagai salah satu komponen terpenting dalam pembangunan sektor pertanian dan kehutanan berkelanjutan. Secara ekologis dan ekonomis, peran lebah madu dalam penyerbukan tanaman cukup menguntungkan bagi kelestarian flora dan peternak lebah.
Seruan mengembangkan budidaya lebah madu di Indonesia pernah digagas mantan Presiden Soeharto di tahun 1977. Saat itu, Presiden Soeharto menganjurkan agar peternakan lebah dilakukan dalam skala besar. Dalam Lokakarya Nasional Riset dan Teknologi tahun 1978, anjuran presiden ditampung jadi bagian garis kebijaksanaan kegiatan riset dan teknologi pada PELITA III yang berkaitan dengan usaha pengadaan “BUTASARMAN” (Kebutuhan dasar manusia).
Secara operasional, Departemen Pertanian melalui Ditjen Kehutanan sudah menggelar di beberapa kawasan hutan dan pengembangan ternak tradisional (1), semi teknis (2) dan industrialisasi (3) oleh Ditjen Tanaman Pangan. Data statistik per tahun 1976-1980 menyebut, Indonesia harus mengimpor 176.000 kg madu setiap tahun. Untuk dijadikan sebuah komoditi non migas, maka secara kontinyu diperlukan sebuah pabrik farmasi, yang salah satu produk obat batuknya memerlukan komponen utama madu (Ketut Patra, Sinar Harapan, 28/1/1982).
Ditinjau dari kekayaan alam, Indonesia menyimpan potensi besar bagi pengembangan usaha perlebahan. Bahkan, enam dari tujuh species lebah madu di dunia ada ada di bumi nusantara, dan sudah dimanfaatkan masyarakat untuk diambil madu dan lilin.
Negeri dengan luas tanah sekitar 200 juta ha; pertanian 11.757.900 ha dan hutan sekitar 123.200.000 ha, yang yang dianggap produktif sebagai sumber pakan lebah (bee forage) hanya 80.000.000 ha. Dari total areal yang produktif tersebut dapat menghasilkan sekitar 80.000-200.000 ton dalam setahun. Menurut Algamar dkk (1986), Indonesia bisa menjadi negara industri perlebahan paling unggul di dunia.
Sayangnya, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara baik. Di sejumlah negara maju, lebah madu ditempatkan dalam mata rantai paket teknologi modern di bidang pertanian, minimal untuk sektor hortikultural. Ia dilindungi dari bahaya kemusnahan oleh obat-obatan anti hama. Bahkan, para pengusaha perkebunan buah-buahan sengaja menyewa serangga dari peternakan lebah ketika tanaman perkebunan sedang berbunga. Amerika Serikat, pada tahun 1982 misalnya, dari produksi pertanian bernilai sekitar US$ 45 miliar per tahun berkat kegiatan riset pengembangan ilmu dan teknologi, ternyata satu miliar dari jumlah tersebut, berkat aktivitas persarian (Pollination) (Anonymous, 1972).
Meksiko merupakan negara produsen madu terbesar di dunia. Negeri ini bisa produksi madu sekitar 37.200 ton per tahun (van der Plaas, 1982) dan juga tercatat sebagai negara terbesar yang menyuplai pasar madu dunia (20,1%) dari total pasar madu dunia per 1984 (Foo, 1986).
Sedangkan Jerman Barat justru menjadi negara pengimpor madu terbesar di dunia yakni sekitar 28,3% dari total madu di pasaran dunia per 1984 (Foo, 1986).
Di Jepang, impor madu terus meningkat 3 ton/tahun (1955-1959), 79 ton/tahun (1960-1964), 10.889 ton/tahun (1965-1969) (Soerodjotanojo et, al, 1980). Makin tinggi teknologi suatu negara, makin tinggi pula jumlah konsumsi madu (Winarno, 1980). Setahun, tingkat konsumsi madu di negara-negara maju seperti Jerman, Jepang, Inggris dan Perancis mencapai 700-1500 gr per kapita. Negara berkembang kurang dari 70 gr per kapita per tahun (Iliesu, 1977), dan Indonesia kurang dari 20 gr per kapita per tahun (Winarno, 1980), dan bahkan hanya 1,335 gr per kapita per tahun (Toebin, 1986).
Data Asosiasi Perlebahan Indonesia (API) 2005 menyebut, lingkungan pertanian dan hutan Indonesia seluas 19,2 juta hektar itu bila dioptimalkan, setahun Indonesia bisa menghasilkan minimal 200 ribu ton madu dari berbagai bunga, dari pertanian maupun hutan. Merunut pada asumsi ini, Indonesia bisa menghasilkan devisa negara Rp 20 trilliun per tahun dan jika dimaksimalkan bisa 2 juta ton per tahun dari bisnis perlebahan. Di samping itu, masyarakat bisa menjadikan madu sebagai food suplemen karena gizinya yang natural. Tradisi konsumsi madu di Indonesia sebenarnya sudah terjadi sejak ratusan tahun silam, namun baru sebatas obat dan dalam takaran yang sangat sedikit.
Saat ini, kesadaran masyarakat akan madu sebagai salah satu food suplement memicu terjadinya peningkatan terhadap kebutuhan madu. Data Asosiasi Perlebahan Indonesia (API) 2005 menyebut, angka konsumsi madu Indonesia berkisar 7000-15.000 ton per tahun. Sedangkan produksi madu Indonesia, per 2002 baru mencapai 4.000-5.000 ton/tahun. Di sini jelas tercipta jurang lebar antara tingkat kebutuhan dan produksi.
Potret miring ini memacu beredarnya madu palsu di pasaran. Kini, di pasaran madu dikenal original honey (madu asli) dan sintetis honey (madu proses atau campuran). Dari pengamatan API, sintetis honey paling dominan beredar di pasaran dan original honey hanya 10% ada di mal-mal, apotek, pasar swalayan, agen dan pasar-pasar tradisional.

B. Madu Organik Dan Sintetik
Geliat positif tentang meningkatnya kesadaran masyarakat untuk konsumsi madu sebagai obat dan food supplement, telah mendorong banyak produsen nakal membuat madu sintetik yang membahayakan kesehatan manusia. Kondisi inilah yang menyebar virus-virus traumatis bagi masyarakat untuk membeli madu karena kian banyaknya madu palsu yang beredar di pasaran.
Original honey merupakan madu yang dihasilkan lebah yang mengandung glukosa bukan gula tetapi nektar bunga yang diurai enzim jadi madu. Sedang sintetis honey sebagai sukrosa dan tidak mengandung unsur diatase yang ada di tubuh lebah. Sintetis honey sangat berbahaya dikonsumsi manusia terutama para penderita diabetes mellitus.
Sedikitnya, ada lima khasiat dari madu organik. Pertama, sebagai antibiotik konvensional untuk infeksi saluran kencing. Kedua, menyembuhkan mencret. Dengan konsentrasi hingga 40%, madu memberikan efek bakterial yang menghambat laju sejumlah bakteri yang menyebabkan mencret dan disentri seperti Salmonella, Shigella, enteropatogenik E coli dan Vibrio cholera. Dalam sebuah studi, madu dengan cairan rehidrasi oral mampu mengurangi durasi bakteri baik pada anak-anak maupun bayi yang menderita mencret.
Ketiga, madu dapat digunakan sebagai penyembuh luka dan anti inflammatory (luka bakar) serta mencegah infeksi bekas operasi. Madu bisa menyerap air yang ada di sekitar jaringan kulit terbakar. Sebuah studi di Afrika Barat menyebut, penyembuhan luka pada wanita setelah menjalani vulvectomy (operasi vagina) akibat kanker vagina, memakan waktu lebih cepat dengan menggunakan madu. Penggunaan madu juga disarankan untuk mengurangi tajamnya bau yang diakibatkan borok pada orang yang berpenyakit kusta.
Keempat, madu digunakan sebagai zat antitusif dan ekspektoran. Madu yang diandalkan sebagai obat batuk erat kaitan dengan kemampuan madu mencairkan dahak dan melegakan tenggorokan. Kelima, madu sebagai sumber nutrisi. Madu yang tidak terkontaminasi sangat sehat, makanan yang alami, dan mengandung banyak energi karena ada karbohidrat, protein, lipid, enzim dan vitamin. Satu sendok madu mengandung 60 kalori, 11 gr karbohidrat, 1 mg kalsium, 0,2 mg zat besi, 0,1 mg vitamin B dan 1 mg vitamin C.
Berbeda dengan madu proses (madu sintetik) yang sepintas sangat menyerupai madu asli. Madu sintetik dibuat tanpa pertolongan lebah atau memakai gula dengan proses sintetis oleh manusia bukan lebah. Umumnya, madu sintetik berwarna, penampilan, tekstur fisik, aroma dan rasa yang sama dengan madu asli. Orang awam sangat sulit membedakan mana madu asli dan mana madu tiruan.
Madu sintetik diolah campuran glukosa dengan gula pasir, buah, flavour dan zat warna, dan cukup berpotensi untuk membahayakan kesehatan manusia. Karena itu, perlu tetap diwaspadai mereka yang menjual madu dengan membawa sarang lebah. Meski kelihatan asli, seakan baru diambil langsung dari sarang madu, tetapi itu tidak bisa menjamin bahwa madu yang dijual itu madu asli, apalagi harga lebih murah di bawah standar madu asli.

C. Madu Asli Dan Madu Palsu

Madu yang beredar di Indonesia umumnya dihasilkan dari tiga jenis lebah; apis dorsata (lebah hutan), apis mellifera (lebah unggul) dan apis cerana (lebah lokal) yang ada di atas atap rumah. Dari segi kualitas, madu hutan (madu organik) berwarna hitam pekat lebih baik daripada madu yang dibudidaya. Sayangnya, masyarakat Indonesia sudah terbiasa konsumsi madu budidaya berwarna coklat cerah. Akibatnya, madu hutan dianggap sebagai madu palsu,” ujar pakar lebah, H Wawan Darmawan, SE, MBA.
Banyak orang penasaran untuk membedakan madu asli yang dihasilkan lebah pencari makan di alam bebas dari madu palsu (sirup gula, misalnya). Disinyalir, peredaran madu palsu di Indonesia sangat tinggi. Uji coba madu asli atau palsu lewat aroma, semut yang mengerubuti, kekentalan jika diteteskan pada debu, belum jadi jaminan sekitar keaslian sebuah produk madu.
Pengamat madu Indonesia, Surandi K. Riyatmo menilai, murni dan alami madu hanya bisa diteliti di laboratorium karena tidak ada cara lain yang bisa dipertanggungjawabkan. Di laboratorium, kandungan glukosa pada madu murni agak dominan kelihatan dan kandungan sukrosa lebih menonjol pada madu palsu. Madu asli mengandung mineral seperti natrium, kalsium, magnesium, alumunium, besi, fosfor dan kalium. Vitamin dalam madu berupa thiamin (B1), riboflavin (B2), asam askorbat (C), piridoksin (B6), niasin, asam pantotenat, biotin, asamfolat dan vitamin K.
Madu asli mengandung enzim sedangkan madu palsu tidak. Enzim tidak bisa dibuat manusia, dan hanya bisa dibuat lebah madu. Enzim-enzim terpenting dalam madu; diatase, invertase, glukosa oksidase, peroksidase dan lipase. Diastase merupakan enzim pengubah karbohidrat komplek (polisakarida) jadi karbohidrat sederhana (mono sakarida). Invertase merupakan enzim pemecah molekul sukrosa jadi glukosa dan fluktosa. Oksidase mengemban peran sebagai enzim pembantu oksidasi glukosa jadi asam peroksida. Enzim peroksidase melakukan proses oksidasi metabolisme. Semua zat berguna untuk proses metabolisme tubuh.
Sedangkan madu palsu mengandung campuran glukosa dengan gula pasir, buah, flavour dan zat warna sangat merugikan kesehatan manusia. Ciri-ciri madu asli harus berwarna-warni, hitam pekat (berasal dari bunga akasia), hitam kemerah-merahan, kuning cerah, kekuning-kuningan atau kuning keputih-putihan (lebah budidaya). Bila mendapatkan madu dengan warna dan kekentalan sama perlu diwaspadai karena warna madu asli tidak pernah sama.
Aroma juga bisa dijadikan media untuk menentukan asli atau palsunya sebuah produk madu. Madu asli punya aroma dan bau khas seperti madu dari bunga rambutan, kapuk randu atau kelengkeng. Ini berbeda dengan madu palsu yang sama sekali tidak beraroma.
Pengujian lain, madu asli bila dituangkan di atas piring sebanyak dua senduk lalu disirami air putih. Kalau digoyang ke kanan dan ke kiri membentuk sarang lebah. Jika tidak menyebar bahkan bercampur dengan air, maka terkategori madu palsu.
Uniknya, Surandi K Riyatmo menganjurkan konsumen untuk coba sendiri dengan menjadikan tubuh sebagai lab alam. Caranya, puasa selama 10 jam, lalu periksa gula darah. Katakan A minum madu 2-3 sendok. Sesudah 2 jam, periksa lagi gula darah. Katakan B bila madunya murni dan alami, selisih antara B dengan A kecil.
Penderita diabetes mellitus (DM) yang berpengalaman minum madu bisa merasakan madu murni dan madu palsu. Bila setelah minum madu, badan jadi segar dan bertenaga kembali (sama seperti bukan penderita DM yang baru saja minum teh manis), itu menandakan madu yang baru diminum murni dan alami.
Dalam tubuh penderita DM, madu diubah jadi tenaga (tanpa bantuan insulin). Bila penderita DM minum teh manis atau madu yang tidak murni dan tidak alami, ia tidak akan segera merasa segar dan bersemangat, tetapi tetap loyo bahkan tambah loyo (karena gula atau madu palsu tidak bisa diubah jadi tenaga tetapi "mencemari" tubuh).
Indikator lain adalah berat badan penderita DM. Bila setelah minum madu secara teratur berat badan tidak turun, itu tandanya madu yang diminum murni dan alami atau berat badan yang berangsur mendekati berat badan ideal. Pada etiket madu racik tercantum prosentase madu murni. Misalnya Madu Geruh, 100% madu murni, Madu Jamur, 95% madu murni dan 5% jamur. Madu Rocky, 85% madu murni dan 15% cuka apel.
Terkait fakta-fakta di atas, Surandi K Riyatmo menyarankan produsen madu agar mencantumkan prosentase kandungan madu. Misalnya 95% madu murni, 5% jamur, dan seterusnya. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) diharapkan tetap mengawasi produk-produk madu yang beredar di masyarakat.

TABEL PERBEDAAN MADU ASLI & PALSU
IndikatorMadu AsliMadu Palsu
AromaMempunyai Aroma Tidak beraroma
DicampurDi campur air putih, warnanya menjadi keruh Dicampur air putih warnanya bening
DipegangTerasa kesat Cenderung licin
KandunganMengandung Fluktosa, Glukosa, enzim dan berbagai macam vitamin Mengandung Sukrosa (gula) dan Air
PanenDiproduksi oleh lebah sendiri yang diperolehnya dari berbagai nektar bunga Dibuat manusia dengan berbagai bahan baku seperti sirop, tapioka, soda dan lain-lain yang dapat membahayakan kesehatan manusia
WarnaTergantung bunga yang dihisap lebah Warna cenderung sama
KekentalanKekentalan tergantung kondisi cuaca. Jika musim hujan madu cenderung encer Kekentalan cenderung sama karena dibuat oleh manusia sesuai aturan baku pembuatnya.


Sumber : APRIARI

D. Cara Menyimpan Madu
Teknik atau cara menyimpan madu menjadi jembatan untuk mengetahui satu kualitas madu. Madu sebenarnya tidak mudah rusak kecuali madu sintetik. Madu bisa bertahan sampai tahunan bahkan ratusan tahun. Namun untuk menjaga kualitas, kandungan vitamin dan zat lain yang dibutuhkan manusia, madu harus disimpan secara benar.
Madu disimpan di tempat yang kering (tidak lembab) dan tertutup agar tidak bereaksi dengan lingkungan sekitar. Sebab, madu bersifat hidroskopis (menarik air). Madu yang keluar dari sel sarang jika disimpan di tempat terbuka akan masuk air sehingga kadar air bisa bertambah. Tidak dibenarkan madu disimpan dalam lemari es.
Zat gula yang terkandung dalam madu menyebabkan munculnya sifat hidroskopis. Kandungan fluktosa lebih larut dalam air dibanding glukosa. Madu yang berkadar air tinggi mengalami fermentasi sehingga keawetan berkurang dan menghasilkan alkohol. Suhu optimum untuk menyimpan madu, sekitar 110 C. Namun pada suhu 210–270 C (suhu kamar) bisa disimpan dalam wadah kaca kedap udara.
Tempat menyimpanan madu harus terhindar dari sinar matahari atau cahaya lain agar zat anti bakteri tidak mudah rusak. Zat besi dalam madu biasanya siap teroksidasi dengan warna madu yang teroksidasi jadi lebih gelap. Proses ini mengurangi manfaat dan khasiat madu.
Juga tidak baik bila madu ditempatkan di lemari es karena bisa membeku. Tapi ada jenis madu yang membeku akibat pengaruh enzim. Seperti di Rusia, orang konsumsi madu beku, dan tanpa mengurangi kandungan yang dimiliki. Penyimpanan madu tidak boleh memakai wadah yang terbuat dari besi atau logam agar terhindar dari reaksi kimia antara wadah dan asam organik dalam madu.


Sebagian besar materi artikel ini kami ambil dari http://maduterapi.blogspot.com/

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan tinggalkan komentar anda di sini